Spirit Zaman Vs Spirit Kristen
SPIRIT ZAMAN VS SPIRIT KRISTEN
1. Mengenal Spirit Zaman
Pengaruh
zaman sekarang tidak bersifat inderawi/dapat dilihat dipegang atau diraba,
tetapi suatu pengaruh yang timbul dari dalam diri manusia. Ia bersifat
psikologi, yang bekerja dalam batin kemudian muncul dalam kehendak
dipertimbangkan melalui pikiran dan kemudian mempraktekkannya dalam hidup
sehari-hari
Mengenai
situasi ini Rasul Paulus menubuatkan bahwa pada masa akhir nanti akan datang
masa yang sukar (2Tim. 3:1). Spirit zaman yang rusak akan membuat hidup begitu
sulit khususnya didalam kerohanian. David Wells menunjukkan dalam sejumlah
bukunya, bahwa spirit zaman ini begitu sulit untuk dilawan, dia bukanlah berupa
suatu doktrin yang sesat ataupun eklesiologi yang salah ataupun spiritualitas
yang salah, melainkan merupakan sesuatu yang tidak nampak, yang membuat semua
doktrin dan kerohanian menjadi kosong dan rusak. Mark Noll berkata: orang boleh
berkhotbah dengan berapi-api, mengajak/ membangkitkan orang untuk hidup bagi
Tuhan, tetapi spirit zaman yang rusak telah membuat orang akan merespons dengan
tidak memuaskan. Orang dapat saja mendengarkan kata-kata yang baik tetapi
begitu sulit untuk menerapkan, karena spirit zaman telah membuat manusia
seperti hanyut didalam arus dunia yang membuat Firman hanya tinggal
melambai-lambai dan tidak bisa dilakukan. Langsung jasa kita masuk dalam
pengenalan spirit zaman ini:
Suatu
paham yang timbul dalam diri bahawa segala sesuatu reltiv tidak ada yang benar
atau salah, yang boleh dan yang tidak boleh, semuanya (mana-mana jo) ini
boleh-itu juga bolehh. Contoh dalam PL pemahaman mengenai relativisme dari
keragu-raguan yang dialami Adam dan Hawa di Taman Eden. Mereka melakukan apa
saja yang kelihatan baik berdasarkan penalaran dan perasaan mereka yang
terbatas. Relativisme yang digambarkan sebagai “apa yang benar bagi saya
mungkin belum tentu benar bagi orang lain”, hendak menyatakan bahwa moralitas
bersifat situasional, tergantung dari situasi yang sedang berlangsung.
Moralitas diibaratkan dengan bahasa, yang bervariasi dari satu budaya ke budaya
yang lain, sehingga tidak ada satupun keyakinan moral yang lebih unggul
daripada yang lain. Pada intinya, dengan ini orang tidak mampu membedakan
antara yang baik dan jahat karena banyak tindakan dapat dibenarkan berdasarkan
situasi yang berlangsung.
Esoterisisme
Esoterisisme
adalah paham/sikap yang menganggap perjumpaan pribadi yang telah memberikan
kepada mereka suatu pengetahuan khusus. Masih dalam contoh PL, berawal dari
pengalaman Adam dan Hawa yang mengambil keputusan sendiri, memperlihatkan bahwa
mereka mengandalkan bisikan hati tanpa menaati perintah yang jelas dari Allah.
Satu gambaran bagi orang yang merasa suara hatinya lebih benar dari pada
memencari kebenaran yang pasti. Walaupun suara hati tergantung dari pengetahuan
tentang benar dan salah, tetapi orang cenderung tidak mau mencari tahu. Hasil
dari pemahaman ini sering berujung pada minimalistis, tidak mau belajar keras,
santae, dan segala sesuatu cukup bagi dirinya. Bagi mahasiswa/pelajar tentunya
tidak ada semangat kerja keras dalam belajar.
Hedonisme
Suatu
paham/sikap mencari kesenangan/kepuasan diri. Zaman akhir yang sangat sulit ini
menghasilkan kerohanian yang sangat rusak. Rasul paulus telah memberikan
gambarannya “manusia akan mencintai dirinya sendiri” (2Tim. 3:2). Mencintai
diri dalam bahasa psikologi disebut narsistik, suatu sikap yang sangat
destruktif dalam diri manusia (yang memiliki makna mencintai diri sampai
mati). Sifat ini juga masuk ke dalam kerohanian. Manusia begitu mencintai
dirinya sehingga ketika manusia mencari Allah untuk mengisi kebutuhan
rohaninya, bukan Allah yang ia cari, tetapi allah yang dapat melayani dia.
Itulah sebabnya jika keinginannya tidak dipenuhi maka allahnya itu akan ditinggalkan,
dicaci maki, dan tidak ada keagungan, kemuliaan, pengabdian, rela mati dan
hidup bagi dirinya. Akibatnya, manusia tidak mempedulikan agama (2Tim. 3:2).
Hawa Nafsu
Manusia
lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah (2Tim. 3:4). Orang yang
memiliki agama sejati akan lebih menuruti Allah daripada menuruti hawa nafsu.
Nafsu adalah apa yang dikecam dan ditentang oleh agama. Tetapi di zaman seperti
ini, ketika agama “marak“, ketika orang ingin mengisi kerohaniannya, justru
hawa nafsunyalah yang dipuaskan dengan pelayanan agama.
Secara
lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka
memungkiri kekuatannya (2Tim. 3:5). Secara lahiriah orang terlihat giat
beribadah, luar biasa dalam aktivitas agama, tetapi esensi agama sudah tidak
ada. Karena itu dalam zaman maraknya agama seperti sekarang justru tidak ada
pembaharuan moral. Dalam setiap agama terjadi krisis yaitu kemerosotan
moralitas, doktrin diabaikan menjadi relativisme dan memperbolehkan apa saja.
Allah yang sejati tidak berkenan ketika penyembahan berhala sedang dilakukan,
ketika manusia menyembah hasil imajinasinya sendiri.
Sikap prakmatisme dan kemonafikan
Suatu
paham/sikap yang berusaha mencari hal-hal yang praktis/mudah, mentalitas
instan. Mentalitas itu ditemani oleh sikap monafik, berpura-pura atau dengan
kata lain disebut menipu. Semangat zaman yang mengobarkan pertalian antara
sikap pragmatis dan kemunafikan yang berkedok kesalehan. Sederhananya, semua
orang telah mengenal apa itu kebenaran. Tetapi, bagaimana mereka
mengimplementasikan kebenaran itu? Baik sikap pragmatis dan kemunafikan
berkedok kesalehan selalu berusaha untuk mengatakan yang benar itu benar dan
salah adalah salah. Kata Adolf Hitler, kalau kepalsuan diucapkan seratus kali,
maka akan menjadi kebenaran. Wah, sungguh itulah penyakit yang saat ini sedang
menjangkiti setiap orang. Sikap dan karakter kita telah dirusak oleh
pikiran-pikiran praktis semacam itu. Kita seakan tersekap dalam batasan teori
dan praksis. Kita seolah-olah sulit untuk menerima kebenaran itu sebagai
sesuatu hal yang harus, dan bukan ditawar-tawar! Alangkah berbahayanya jika
suatu oraganisasi terjebak dalam keadaan seperti ini! organisasi yang bingung
terhadap jati diri, tujuan hidup, harapan hidup
dan keyakinan agama.
2. Kebenaran – Progresif – Radikal –
Revolusioner dan Keteladanan
Ada
banyak jalan yang harus ditempuh dalam menangani masalah penyakit saman di
atas, tetapi penulis hanya memilih lima jalan ini. Perjuangan untuk menjawab
semua tantangan itu ada dalam diri kita masing-masing. Mari kita berjuang
bersama-sama dalam organisasi ini. Kelima jalan di bawah ini diambil sebagai
petunjuk, tetapi selebihnya kita masing-masing temukan dalam perjuangan
selanjutnya.
Jalan Kebenaran
Mahasiswa-mahasiswa
Kristen memiliki senjata yang tangguh dalam menghadapi krisis karakter yang
melanda zaman ini. Apakah senjata ampuh itu? Itulah KEBENARAN. Kebenaran dapat
dibedakan atas dua yaitu kebenaran dari manusia (hukum, aturan, pengetahuan/ilmu
pengetahuan, dan berbagai nasehat dari orang tua atau guru/dosen. Kedua
kebenaran dari Tuhan. Dalam agama Katolik, kebenaran dari Tuhan ada landasannya dalam tiga sumber iman yaitu
Tradisi suci Gereja, Kitab Suci, dan Magisterium Gereja. Ketiga sumber ini
berasal dari pewahyuan diri Allah menjadi manusia dalam sejarah keselamatan.
Maka tujuan hidup manusia ada dalam kebenaran Kristus, konsili Vatikan II
menegaskan: Tuhan adalah tujuan sejarah manusia, titik temu keinginan-keinginan
sejarah dan peradaban, pusat umat manusia, kegembiraan hati semua orang dan
pemenuhan aspirasi-aspirasi mereka. Ialah, yang Bapa bangitkan dari anttara
orang mati, Bapa tinggikan dan tempatkan di sisi kananNya, dan Bapa lantik
sebagai hakim orang yang hidup dan yang mati. Dihidupkan, dan dipersatukan di
dalam RohNya, kita berziarah menuju pemenuhan sejarah umat manusia, yang
sepenuhnya sejalan dengan rencana cinta kasihNya. “memperbaharui semua di dalam
Kristus, baik yang di surga maupun di bumi (Ef. 1:10). Dari penegasan ini
disimpulkan bahwa Kristus merupakan sumber dan tujuan dari hidup kita sebagai
orang Kristen. Kebenaran ini memberi kita senjata ampuh untuk melawan semua
paham/sifat zaman sekarang. Maka semua sifat atau pahami di atas merupakan
kerja si jahat/setan yang masuk/merasuki kedalaman jiwa manusia yang tidak kuat
dalam iman. Itu berarti mahasiswa Kristen harus memiliki keintiman dengan
Allah, kehidupan spiritualitas yang berpusat pada Allah.
Jalan progresif
Mahasiswa
Kristen harus memiliki semangat yang progresif. Semangat untuk maju! Maju bukan
asal nekat, tetapi maju dengan strategi-strategi otentik, ide-ide baru yang
menyegarkan pemikiran, yang menjadi kekuatan untuk menghantam kebobrokan moral
dan etika zaman ini. Semangat untuk maju berarti siap untuk ditempa, dididik,
digembleng untuk tekun dalam mengerjakan studi, menggunakan waktu yang ada
dengan sebaik-baiknya, memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi untuk
bergerak mengarahkan perubahan karakter zaman ini. Mahasiswa sebagai tulang
punggung Gereja terus menggedor pintu-pintu dalam dirinya yang terkuncu oleh
pengaruh zaman ini, ia menjadi garam dan terang bagi zaman yang gelap ini,
itulah eksistensi seorang Kristen.
Jalan Radikal
Mahasiswa
Kristen tidak berkompromi untuk melegalkan sikap dan karakter yang salah di
dalam perilaku kehidupan sesehari. Semua permasalahan dilihat tuntas sampai ke
akar-akarnya sehingga jelas bagaimana bersikap dan bertanggung jawab untuk
menyelesaikannya. Sikap radikal menuntut, suatu keinginan untuk membaharui diri,
kelompok/organisasi dan Gereja. Ia mampu melawan segala perilaku temanya/orang
lain yang benar-benar salah dan merusak kebaikan bersama.
Jalan Refolusioner
Jalan
keempat menuntun kita menjadi kaum muda yang revolusioner. Kaum muda yang tidak
asal menjiplak, meniru kebudayaan orang lain kemudian mengeterapkan dalam
kehidupannya. Revolusioner itu berarti menjadi kaum muda yang benar-benar beda
di dalam garis-garis perjuangan dan semangat pergerakannya. Bukan asal beda,
tetapi memang berbeda dengan apa yang sedang ditawarkan oleh zaman ini! Bukan
ikut arus, tetapi berani menerjang arus yang saat ini seolah-olah menjadi tren
dan digemari oleh banyak orang. Jika sebagian orang berpikir bahwa hidup hanya
sekali, sehingga harus dipuas-puaskan untuk menghisap kenikmatan dunia, kaum
muda Kristen tidaklah demikian! Kaum muda Kristen justru harus berani
mengatakan hidup memang sekali, tetapi bukan untuk mencari kesenangan diri,
kenikmatan dunia, tetapi bagaimana kita menjadi manusia-manusia yang memaknai
kehidupan sebagai medan perjuangan untuk menyuarakan apa yang benar, apa yang
baik, apa yang suci, dan apa yang sedap didengar oleh telinga! Itu berarti
kehidupan kaum muda Kristen benar-benar diberdayakan sebagai sebuah kehidupan
yang dianugerahkan Allah kepada kita! Kaum muda Kristen benar-benar menyadari
bahwa kiprah juangnya tentulah untuk kepentingan, kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
Jalan keteladanan
Mahasiswa Kristen harus menjadi
teladan, contoh yang sehat di dalam seluruh tingkah lakunya. Teladan yang dipertajam
dengan semangat-semangat juang seorang militan yang siap berkorban demi sebuah
perubahan. Seorang mahasiswa Kristen yang injili, bahwa dalam bertutur dan
bertindak selalu seiring-selaras. Kaum muda Kristen yang dengan kesungguhan
memiliki kerinduan untuk menghadapi setiap permasalahan dengan pikiran dan
wawasan yang luas, sikap-sikap moderat yang berani berdiskusi merangkai ide,
gagasan dengan segenap kaum revolusioner untuk menyusun strategi perubahan yang
bijak lagi bermanfaat bagi pribadi, kelompok dan semua orang.
Oleh: Nenalu
Comments
Post a Comment