JOLI HISAGE: “KITA SEKARANG HARUS MULAI PEMULIHAN”
Kelompok Glado Rohani di Baliem setelah diskusi tentang masalah budaya di Baliem |
Bapak Joli Hisage |
Tomohon 19/05/2014. Gelisah dan penyesalan terlintas di wajah
orang-orang mudah balim yang tergabung dalam kelompok Gladi Rohani
St.Fransiskus Asisi dan Sta.Clara (GR) saat kegiatan siarah budaya yang di laksanakan
selama bulan Januari -Februari 2014 di beberapa wilayah lembah baliem, mulai
dari Kampung Tiwe, Pikhe, Pugima, Elagaima, Woogi dan Wouma dan di Waena
Jayapura, Papua.
Ekspresi rasa prihatin dan
gelisah ini terlihat jelas saat masing-masing orang yang hadir dalam setiap
kegiatan siarah budaya ini menyampaikan
pendapatnya tentang kenapa orang baliem sekarang semakin jauh dari budayanya
yang adalah identitas dirinya.
“Jika Tidak Tobat,Menyesal,Keluar
Dari Aturan Adat, Anda Bukan”Akuni” yang
artinya Manusia Sejati ungkap bapak Joli
Yulianus Hisage yang juga sekretaris Dewan Adat Papua pada pertemuan pertama (5 Januari 2014) yang di laksanakan di kampung
Tiwe, Lembah Balim. Maka mulai sekarang harus ada pemulihan di tingkat orang
tua dan orang mudah tambah bapak Joli sapaan hari-harinya. Untuk mengadakan pemulihan
sebagai orang balim harus kembali ke Honai/Pilamo karena semua pedoman hidup
orang balim ada di honai masing-masing ungkap bapak Bonifasius Mulait dan Bapak
Philipus Mulait. Pesan yang lain juga di sampaikan oleh bapak Oagai bahwa, jika
ingin ada pemulihan orang balim harus melihat kedepan dan kebelakang dalam arti
harus pekah melihat situasi. Jagan kita terlenah dengan keadaan yang ada lalu
membentuk kelompok penyakit sosial yang tidak dapat di kendalikan saat ini
yaitu kelompok Galaksi (Gabungan
laki-laki sinting) dan Kelompok Wamira (
Wanita milik ramai-ramai) tambah bapak Oagai.
Pastor. Theodorus Kosy. OFM. |
Berkaitan dengan kegiatan siarah
budaya, di tempat dan waktu yang berbeda pesan lain juga di sampaikan oleh
Pastor Theodorus Kosy.OFM. sebelum penutupan Misa bersama Kelompok Gladi Rohani
dan Umat katolik di Paroki Pugima , lembah balim. Pastor Theodorus mengatakan”
Bapak/Ibu/saudara dan saudari umat katolik di Paroki Pugima yang saya kasihi. Jika
umat sekalian melihat cirikhas dan identitas saya dalam ruang lingkup yang
besar, tentuh saya ini rambut keriting dan kulit hitam yang adalah orang Papua.
Huwi-Kosy adalah klen saya dari beberapa klen yang ada di lembah balim yang
artinya saya orang balim, dan nama adat saya adalah Kosy yang artinya saya anak
adat yang berbudaya. Namun pada kesempatan ini saya merasa bahwa umat sekalian
kecewa dengan kekurangan saya dimana saya tidak bisa memimpin Misa dengan
bahasa ibu atau bahasa balim agar orang-orang tua di kampung boleh mengerti
dengan baik tentang isi firman Allah yang saya sampaikan. Ini salah satu
masalah dimana generasi sekarang sudah jauh dari budaya maka mulai hari ini
untuk generasi berikutnya wajib belajar bahasa daerah karena bahasa daerah
merupakan salah satu identitas diri orang baliem yang harus di pertahankan
ungkap Pastor, dengan nada kesal namun tegas sambil mencontohkan dirinya
sendiri kepada umat katolik di Paroki Pugima Khususnya dan Masyarakat Adat
Balim umumnya.
Maksut dan tujuan di
laksanakannya kegiatan siara budaya baliem
ini untuk menumbuhkan kembali rasa kecintaan diri orang mudah maupun
orang tua terhadap budaya yang unik namun sedang hilang di telan oleh derasnya
pengaruh globalosasi dan kesadaran kritis sebagai Masyarakat Adat ungkap Januarius
Lagowan yang juga ketua Umum DPP. Mahasiswa Katolik Cendrawasih Papua di
Indonesia (MKC-PAPUA).
Kegiatan ini di koordinir dan di
pandu langsung oleh Meki Wetipo.S.sos. Pendiri kelompok Gladi Rohani Jayapura ,
Januarius Lagowan dan Thadius Walilo.S.Ag. Pendiri kelompok Gladi Rohani balim dan
di bantuh oleh beberapa orang pendiri GR balim lainnya. Kegiatan ini juga di
dukung oleh Dewan Adat Papua Wilayah Lapago Baliem dan Pastor Theodorus
Kossay.OFM yang juga Pastor pertama orang balim. //*Nenaluck*
Comments
Post a Comment