"INSPIRASI"
KEMBALI KEPADA KEMANUSIAAN
Kekacauan sosial terjadi karena raja dengan lalim menindas
dan memeras rakyatnya, atau hakim tak peduli dengan keadilan, atau seorang
tentara membunuh rakyatnya dengan senjatanya, atau pegawai negeri hanya mau
melayani anggota keluarganya dan lain-lain.
Menurut konfusius, setiap orang dapat hidup dan berperilaku
sesuai idetitasnya apa bila ia sadar akan hakikat kemanusiaanya. Hakikat
manusia sebagai manusia adalah ” jen” berarti beberapa hal, yakni Keutamaan,
Kemanusiaan, watak moral, cinta, kebaikan manusiawi, dan berbelas kasih atau
kemampuan mencintai. Dari semuanya itu “kemampuan mencinta” merupakan
terjemahan yang dapat merangkum kekayaan arti kata “jen”. Konfusius hendak
menekankan bahwa sumber tindakan yang bijaksana atau tindakan manusia sejati
adalah kesadaran akan dirinya sebagai manusia yang mampu mencinta dalam keadaan
sulit dan dalam keadaan kebingungan, ia harus setia pada kemanusiaan.
(Lun-yu,4.5).
Dalam arti itulah kita dapat mengerti Aturan Emas dari konfusius
yang berbunyi “ Perilakukan orang lain seperti apa yang engkau harapkan orang
lain lakukan bagimu,” dan “ Jangan lakukan kepada orang lain apa yang engkau
sendiri tidak kehendaki orang lain lakukan bagimu”(Lun-yu, 12.2). Aturan Emas
ini melandasi solidaritas antarmanusia tanpa batas apapun dan hidup dengan
martabatnya sebagai manusia yang mencapai lima hal yakni, harga diri,
kerendahan hati, ketaatan, ketekunan, dan kebaikan hati.
Undangan dari konfusius untuk “kembali pada kemanusiaan”
terasa sangat inspiratif. Bangsa yang diancam, didiskriminasi, dan berbagai
bentuk ketidak adilan sebaiknya merenungkan kembali hakikat kemanusiaan yang
telah kabur. Kita perlu berperilaku sebagai manusia yang bermartabat, punya
harga diri, dan memiliki kebaikan hati terhadap sesama. #*Nenaluck*
Sumber: "Beragama Dalam Masyarakat", Antara Rindu dan Gelisa. Dr. Yong Ohoitimur MSC.
Comments
Post a Comment